
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf meminta perbedaan penentuan
awal Ramadhan tahun ini disikapi secara dewasa oleh seluruh umat Islam,
sebab perbedaan bukan terjadi kali ini saja.
"Saya mengharapkan
seluruh pemimpin umat Islam di semua level untuk menyampaikan kepada
masyarakat untuk tetap saling menghormati, dan menyikapinya secara
dewasa," ujar Slamet saat dihubungi, Kamis.Dia mengatakan perbedaan yang terjadi bukanlah perbedaan prinsipil, melainkan hanya dalam hal penentuan, oleh karena itu pemimpin umat Islam harus meyakinkan kepada masyarakat untuk tetap saling menghargai.
"Perbedaan ini harus dipandang untuk memajukan umat, jangan kemudian menjadi pertengkaran antarumat muslim. Pertengkaran itu sudah kuno, kita harus saling menghargai," kata dia.
Dia juga meminta seluruh umat muslim untuk saling toleransi dan mengambil hikmah dari perbedaan ini. Karena Nabi Muhammad SAW mengatakan 'ikhtilaf ummati rahmah' yang artinya perbedaan pendapat umatku adalah rahmat.
"Mari kita menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan pendidikan, bulan pencerah dan bulan amal. Yang terpenting puasa kita khusuk, kita melakukan tadarrus, kita menunaikan kewajiban Zakat Fitrah dan Zakat Maal," ujar dia.
Ke depan dia mengharapkan seluruh pemimpin umat bisa memperkaya argumentasinya dalam menentukan awal Ramadhan agar bisa tercipta eksplorasi yang dapat mempersatukan umat.
Pemerintah dalam hal ini Menteri Agama melalui Sidang Isbat, Kamis malam, menetapkan bahwa awal Ramdhan tahun ini jatuh pada hari Sabtu (21/7), sementara PP Muhammadiyah menetapkan awal puasa pada Jumat (20/7).
Posting ini telah dilihat sebanyak (kali)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar